Jumat, November 28, 2008

Sedikit Refleksi Kemahasiswaan

Menjadi mahasiswa berarti meneruskan tugas belajar, melanjutkan studi sebelum terjun kedunia nyata. Konsekwensinya keharusan mencapai prestasi akademik sebaik mungkin dan menunaikan tanggung jawab pada diri sendiri juga orang tua.

Lepas dari itu, mahasiswa juga memiliki tanggung jawab sosial, menjadi agen perubahan alias agent of change sebagai alat kontrol bagi negara dan cadangan energi bangsa di masa depan. Dengan mendapat label kaum intelektual, mahasiswa seharusnya mampu berperan di luar kelasnya. Dan berorganisasi adalah salah satu cara mengasah kepekaan pada lingkungan. Kepekaan itulah yang dari masa-kemasa melahirkan gerakan mahasiswa yang tercatat dalam sejarah. Sebut saja Boedi Oetomo, Sumpah Pemuda, hingga pergerakan reformasi.

Banyak tokoh di negara kita juga yang lahir dari organisasi kampus. Sebut saja Akbar Tanjung, Amin Rais, dan Nurkholis Madjid. Sebagai orang yang terlahir dari organisasi kemahasiswaan, mereka bisa disebut matang dan berani menyuarakan pemikiran-pemikiran yang kritis.

Organisasi adalah bagian dari denyut nandi kehidupan kampus. Jantung kampus sepertinya tak berdetak tanpa organisasi kemahasiswaan. Warna kampus juga juga pucat tanpa gerakan-gerakan mereka. Tidak hanya itu, organisasi juga memompa kualitas diri, prestasi dan produktifitas.

Sayangnya, banyak yang mencibir organisasi kemahasiswaan sebagai kegiatan buang-buang waktu. Mengingat dunia organisasi justru akan menggangu dunia akademik. Dasarnya adalah tidak sedikit ulah mahasiswa yang menggangu ketertiban masyarakat. Demonstrasi yang selalu berakhir ricuh. Demikian kira-kira asumsi yang merasa terganggu akibat sejumlah ulah mahasiswa. Mereka sepertinya tidak dapat menerima sikap kritis yang terlahir dari perbincangan organisasi.

Asumsi lain yang mengatakan bahwa organisasi kemahasiswaan dapat mengganggu belajar, menyita waktu, pikiran dan tenaga. Sebaliknya belajar membuahkan prestasi akademis, dan mengasa kognisi. Dengan begitu sukses akademis maka kelak, sukses pula di masyarakat.

Padahal organisasi adalah bagian yang tidak kalah penting dari akademik. Dunia organisasi justru akan membentuk soft skill, dan ini sangat diperlukan ketika mahasiswa terjun pada lingkungan masyarakat. Mengingat dalam organisasi kita akan belajar bagaimana menjadi pemimpin, bekerja sama dengan team work, disiplin dalam waktu, berkomunikasi dan berelasi. Dimana semua hal itu sangat diperlukan bagi pembentukan prilaku seseorang.

Tidak hanya itu, seringnya bergulat dengan masalah diluar tugas kuliah dan ujian semester akan menajamkan kematangan emosional, tentunya menjadi modal tersendiri saat kelak memasuki dunia nyata. Karena dunia nyata tidak tidak hanya memerlukan orang pandai, namun juga pemain tim, pandai bertoleransi, pendengar yang baik, terampil bicara, dan berpendapat.

Selain itu, Mahasiswa yang aktif berorganisasi akan mampu berkiprah lebih luas dalam lingkungan masyarakat, serta memiliki kemampuan leadership atau kepemimpinan yang baik. Sebab, masalah kepemimpinan tidak saja mampu membuat seseorang melakukan apa yang kita inginkan, namun bagaimana berhadapan dengan berbagai masalah yang begitu kompleks.

Riset menyatakan, faktor penentu kesuksesan seseorang adalah sikap dan keterampilan berinteraksi. Dan semua itu tidak diajarkan dalam kelas yang serba akademis.

Sayangnya, masih sedikit yang menyadari investasi jangka panjang organisasi kemahasiwaan. Aktif berorganisasi dicurigai membuat studi terbengkalai, khawatir waktu tersita, ini membuat mahasiswa enggan aktif di kampus. atau bisa jadi karena kecenderungan berpikir kalkulatif.

Tidak ada salahnya memadukan keduanya, belajar sebagai tanggung jawab pada diri sendiri dan orang tua dan berorganisasi sebagai modal memasuki dunia nyata yang sesungguhnya dalam masyarakat, maka dawai kesuksesan akan dengan mudah terangkai, demikian kira-kira pepatah bijak mengatakan.

Bukankah alam mengajarkan kepada kita bahwa apapun bentuknya, kesuksesan akan lahir dari keseimbangan. Begitupula dalam konteks ini. Tidak ada salahnya memadukan keduanya dan dilakukan dalam waktu yang bersamaan, tanpa harus di pertentangkan. Merajut korelasi positif antara ruang kelas dan dunia luar bearti menapaki jalan menuju kesuksesan, supaya tidak muncul pertanyaan, pilih IPK tinggi atau organisasi?


Imie, 4.43 PM

Pernah di muat di kolom "Rostrum" Media Indonesia, 15 Mei 2007

















3 komentar:

Anonim mengatakan...

wah sedikit berkerut ney muka!!!!
berat banget bahasannya!!!!
tapi yah oke lah.
tapi kalau boleh saran, kalau nulis di web itu ngk udah panjang2. kan mengacu pada karakteristik orang indonesia itu agak pusing kalau baca tulisan panjang di web

Anonim mengatakan...

hmmm....bener bgt

Anonim mengatakan...

SIPP....ak setuju tuch..keseimbangan dalam setiap pembelajaran untuk hidup lenih baik & lebih maju meang sangat penting..kita gak harus monoton k satu arah saja tp juga perlu ke arah yang lain.....apapun resikonya, demi ke arah yg lebih baik haruslah kita jalani...
organisasi melatih kita utk bisa bersikap di tengah2 masyarakat.....
postingan ini cukup bisa dimengerti kok...SIP mbk...