Minggu, November 09, 2008

Kemenangan Obama dan Impian Marthin Luther King









Jika hari ini Marthin Luther King masih berada diantara kita, aku yakin dia akan tersenyum bangga, berdiri tegak dengan membusungkan dada, dan tidak henti-hentinya berkata “ This is a dream” ketika melihat kehidupan Amerika saat ini, terutama pada hasil pemilu yang dimenangkan oleh kulit hitam pertama, Barack Obama.

Kemenangan Obama membuat kata sederhana “I Have A Dream” yang terlempar dalam orasinya penuh semangat dan inspiratif di depan makam Abraham Liclon, dan ribuan buruh kulit hitam saat berdemonstrasi atas ketidakadilan ras. Rupanya tidak hanya sekedar kata populer yang pernah terlontar oleh tokoh kharismatik King akan sebuah mimpi. Berlahan namun pasti kata itu akan menjadi nyata.

Hal yang sama juga akan dirasakan oleh mantan presiden Amerika ke-35 Jhon F Kennedy. Kemenangan pria yang pernah tinggal selama 4 tahun di Indonesia, juga akan mewujudkan keinginan Kennedy untuk membawa Amerika pada kehidupan yang lebih baik, hilangnya diskriminasi dan warna kulit. rupanya akan segera terwujud.

Setali tiga uang dengan keduanya, Abraham Liclon, pria kelahiran Kentucky 12 februari 1809 ini, juga memiliki mimpi yang sama membawa Amerika bebas dari segala bentuk penindasan, perbudakan dan diskriminasi. Keinginan ini dilatar belakangi oleh perang saudara yang terjadi pada tahun 1861-1865, yang dipicu oleh masalah perbudakan dan hak-hak sipil. Peristiwa ini mencapai puncaknya pada tahun 1862 di Negara bagian Pennysilvania atau yang terkenal dengan sebutan konfrontasi Gettysburg.

Impian-impian ketiganya dan aku yakin masih banyak tokoh-tokoh yang tidak disebutkan, berharap sebuah kehidupan yang lebih baik di Amerika akan menjadi nyata. Mengingat saat mereka masih melihat dan merasakan sejarah, penindasan, diskriminasi, rasisime terjadi didepan mata mereka.

Memutar memori pada beberapa abad yang lalu, sejarah dengan jelas mencatat, pada abad ke-19 terjadi sebuah pembantaian bangsa asli Amerika Yaitu Indian. Pembantaian ini dilatarbelakangi atas perebutan tanah antar bangsa asli dan pendatang dari eropa. Hampir 70 ribu bangsa Indian, terusir dari tanah kelahiranya dan terjadinya pembunuhan masal.

Pada tahun 1934 setelah peristiwa itu, pemerintah membentuk sebuah kebijakan “Reorganization Act”. Dengan kebijakan itu, bangsa Indian mendapat pengakuan oleh pemerintah. Tapi rupanya itu hanya sebatas pengakuan, sebab secara hak asasi manusia, bangsa Indian tetap saja mendapat perlakuan diskriminasi dengan menempatkan mereka di kawasan tertentu atau layaknya sebuah penampungan yang terisolasi. Bukankah ini bukti bahwa masalah ras dan diskriminasi begitu sangat mengakar disana. Maka tidak heran jika King, Kennedy dan Linclon memiliki mimpi yang sama untuk membebaskan Amerika dari diskriminasi, penindasan dan perbudakan.

Kemenangan presiden terpilih Barack Obama, rupanya menjadi titik terang akan perjuangan dan pengorbanan ketiganya, atau mungkin tidak hanya titik terang tapi sebuah kenyataan akan mimpi-mimpi mereka. Kemenangan Barack Obama atas rivalnya Jhon Mc Cain, memang sebuah kemenangan yang cukup mengejutkan. Meski banyak lembaga survey dunia memastikan Obama akan dengan mudah melenggang ke White House, tapi tidak sedikit dari kita yang tetap pesimis akan dukungan penuh terhadap Obama, dengan ras yang dimiliki dan kenyataan bahwa dirinya keturunan kulit hitam.

Dengan mengantongi lebih dari 300 electoral vote dari rivalnya Mc Cain yang hanya mampu mengumpulkan dukungan sebanyak kurang dari 200 electoral Vote. Obama sudah dapat memenangkan pemilu, meski pelantikan baru akan terjadi pada 20 november 2008 nanti. Sejarah mencatat, 43 presiden negeri adidaya ini selalu di dominasi kulit putijh, kemenangan Obama mampu mendobrak dominasi dan menjadi satu-satunya presiden Amerika kulit hitam pertama.

Dalam sejarah politi AS, istilah M-W-P-A masih menjadi syarat mutlak bagi pemimpin tertinggi Amerika. “M” diartikan male, yaitu laki-laki. “W” diartikan White, yaitu kulit putih. “P” diartikan protestan, yaitu beragama protestan. Dan “A” diartikan Anglo Saxon, yaitu nenek moyang Eropa khususnya inggris.

Pada abad 21 ini, pandangan bahwa Amerika bangsa yang rasis, memang sudah jauh lebih baik dibanding masa-masa abad ke-18. Namun meski berubah wajah, diskriminasi ternyata masih saja ditemukan di Amerika. Sebelum akhirnya Barack Obama menjadi presiden terpilih, bukankah sering kita saksikan bagaimana kedua kubu berkampanye.

Saya teringat berita pada sebuah harian ibu kota yang memberitakan pendapat Mc Cain tentang kepantasan rivalnya Barack Obama untuk melenggang ke gedung putih. Dengan tegas Mc Cain mengatakan bahwa Obama tidak memilki kesetaraan performa seperti presiden Amerika yang diabdikan dalam bentuk uang dolar. Kesetaran disini diartikan dengan warna kulit Obama yang hitam. Harian prancis “Liberation” juga mengambarkan kampanye Mc Cain yang bertendensi rasisme, kalau tidak salah begini bunyinya “Apakah mampu seorang presiden kulit hitam merubah Amerika”

Obama senator asal Ilinois, hari ini mampu mencetak sejarah baru di Amerika. Kemenangan laki-laki yang pernah bersekolah di SD Menteng ini, setidaknya mampu mewujudkan impian King, Kennedy dan linclon untuk menghilangkan rasisme yang sudah lama berakar di Amerika. Kepercayaan masyarakat Amerika terhadap Obama, menyatakan dengan tegas, jika perubahan yang diharapkan King, Kennedy dan Linclon benar-benar membuahkan hasil. Meski Obama terlahir dari keragaman etnik, mengingat Ayahnya, Barack Husein Obama, berasal dari suku lou, merupakan suku terbesar di Kenya, dan Ibunya Stanley Ann Dunham, seorang antropologis keturunan Amerika yang lahir di Kansas. Namun keragaman yang dimiliki Obama nyatanya tidak juga menyurutkan masyarakat Amerika untuk tidak memilih Obama sebagai orang nomer satu di Amerika. Kemenangan suami Michail Obama, setidaknya dapat membawa angin segar perubahan pandangan diskriminasi warna kulit di Amerika.

Keragaman dalam keluarga besar pria yang pernah tinggal dan bersekolah di Indonesia ini, semoga dapat menjadi landasan kuat bagi pemerintahan Obama dalam membuat kebijakan-kebijakan Amerika. Mengingat kebijakan Amerika akan membawa dampak bagi masyarakat dunia. Bukankah indvidu yang terbentuk dan berada dalam sebuah keragaman akan jauh lebih muda menghargai, menghormati serta memahami.

Kemenangan Obama yang membuat decak kagum seluruh penjuru dunia, semoga juga tidak hanya menjadi uforia sesaat. Lantas terhanyut oleh kedudukan tinggi dan lupa akan janji-janji kampanye. Bukankah ini adalah sifat amnesia para pemimpin ketika kedudukan, kenyamanan, kemudahan telah dinikmatinya.

Melihat pemikiran-pemikiran Obama yang terlihat berbeda dari pendahulunya Bush, seperti menghentikan invasi di Irak serta menarik mundur pasukan dari negara yang kaya akan timah hitam itu, semoga juga tidak mengikuti pendahulunya Jhon F Kennedy yang ditembak sniper di Dalas, Texsas, sepekan setelah dirinya terpilih menjadi presiden AS yang ke-35, oleh lawan politiknya yang tidak suku pada kebijakan Kennedy untuk mendatangkan mahasiswa asal Afrika bersekolah di Amerika. Atau nyawa Linclon yang berakhir di tangan simpatisan lawan politiknya, di Washington DC saat dirinya sedang menyaksikan perrtunjukkan di Ford`s Theater.

Meski untuk mewujudkan impian King, Kennedy dan Linclon Amerika harus melalui waktu berabad-abad lamanya. Pembantaian kulit hitam yang tidak berprikemanusian. Nyawa Jhon F Kennedy dan Linclon harus berakhir ditangan sniper, akibat intrik dengan lawan politiknya yang tidak senang pada kebijakannya. Kemenangan Obama semoga tidak membuat perjuangan mereka sia-sia. Kemenangan Obama dapat merubah sinisme banyak pihak, terutama pasca kebijakan Bush menginvansi Irak.

Lalu apa yang salah dengan perbedaan warna kulit, apa yang salah dalam perbedaan jenis kelamian, apa yang salah jika ada negeri yang memilki kekayaan alam yang berlimpah, apa yang salah jika ada orang atau negeri yang memiliki pemikiran berbeda dengan lainya. Bukankah itu semua adalah kekayaan, keunikan dan keberagaman yang tidak penting untuk diributkan. Ada baiknya mulai sekarang kita mengamini apa yang pernah dikatakan Marthin Luther King bahwa hargailah individu dari kemampuanya. Kemenangan Obama sebagai orang nomer satu AS mungkin bisa menjadi representasi pemikiranya dan tanda peradaban di dunia ini sudah mulai membaik.



kos, 09 Nov '08
imie_03.00

Tidak ada komentar: